Anak Sungai MAHAKAM, kotor







Akankah kita mampu untuk menjadikan Sungai MAHAKAM menjadi bersih??

Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore

The Meera House was designed by Guz Architects and is located on the island of Sentosa in Singapore. We consider it a daring and original project- after all, not many homes feature green spaces for every floor of the building. Here is a short description from the architects: The plots on the island of Sentosa are not large and neighboring buildings are built close to the sides of each house. Thus our strategy was to build a solid wall to each side neighbor to provide privacy where possible, while creating a central light and stair well which would funnel the sea breeze through the centre of the building.
amazing villa Freshome 02 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore
The front and rear of the building meanwhile, terrace back allowing each storey to have visual or actual access to greenery. The intention was to try to allow each roof garden provided a base for the storey above allowing the layered effect to make each storey feel like it was a single storey dwelling sitting in a garden…..as much as we could do in the close confines of Sentosa island and with such a large building!!
What a wonderful architecture idea and a call to sustainability as well ! (Photographer: Patrick Bingham Hall)
amazing villa Freshome 01 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore
amazing villa Freshome 03 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore

amazing villa Freshome 04 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore

amazing villa Freshome 05 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore

amazing villa Freshome 09 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore
amazing villa Freshome 07 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore

amazing villa Freshome 06 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore

amazing villa Freshome 08 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore

amazing villa Freshome 10 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore

amazing villa Freshome 11 Inspiring Home with One Garden per Level in Singapore

from Freshome.com - Interior Design & Architecture Newsletter

Lip Paint

from I New Idea Homepage

20110208701

What have you seen, lively crabs, smart foxes, cute pandas, and other kinds of animals? Not exactly, because what is shown here is merely one thing: lips, and of course coming with various patterns. Isn’t that incredible, our lips now can create impressive paintings too?!

20110208702

20110208703

20110208704

20110208705

20110208706

20110208707

20110208708

20110208709

20110208710

EDITT Tower – Singapore Goes Eco-Friendly

editt tower singapore 1 EDITT Tower   Singapore Goes Eco Friendly

What, you though only Dubai and China have the most stunning buildings in the world? Guess again, because EDITT Tower (“Ecological Design In The Tropics”) will be built in Singapore with the financial support of their National University and should be the most eco-friendly in the country. The most interesting thing is that this 26-storey building will use photovotaic panels and will be wrapped in organic local vegetation that will act as a living wall insulator. More to it, the skyscraper was designed to collect rain-water, both for plant irrigation and for its “needs”. If you want to congratulate someone, T.R.Hamzah & Yeang have had their hands on the project. They’re responsible with the pictures below. – via Inhabitat

editt tower singapore 2 EDITT Tower   Singapore Goes Eco Friendly

editt tower singapore 3 EDITT Tower   Singapore Goes Eco Friendly


Aqua Tower, a 250 Meters Wavering Building in Chicago

Aqua Tower is yet another recent eye-catching building on the skylines of Chicago. The amazing project comes form Studio Gang Architects, a company located in the same city they had just changed drastically with this new construction. It is really nice to come across buildings that had a simple idea behind them and that have a design that can easily be drawn or reproduced and be easily recognized worldwide- like The Sydney Opera House, The Eiffel Tower and of course The Burj al Arab with its unique sail figure. The idea of building the Aqua Tower came from the eroded rocks of SAA Great Lakes. You have to admit that there is a high resemblance; however we can not help but be stunned while watching the pictures and thinking just how far away the architects got from a common “art work” of nature. -via

aqua tower studio gang architects Aqua Tower, a 250 Meters Wavering Building in Chicago

aqua tower studio gang architects1589 Aqua Tower, a 250 Meters Wavering Building in Chicago

aqua tower studio gang architects157 Aqua Tower, a 250 Meters Wavering Building in Chicago

aqua tower studio gang architects15 Aqua Tower, a 250 Meters Wavering Building in Chicago

aqua tower studio gang architects12 Aqua Tower, a 250 Meters Wavering Building in Chicago

aqua tower studio gang architects1 Aqua Tower, a 250 Meters Wavering Building in Chicago

Kesadaran meningkat, penebangan hutan tak menurun

Oleh Gloria Samantha

Kesadaran meningkat, penebangan hutan tak menurun

SP Veres/stock.xchng

Meskipun kesadaran publik, baik personal ataupun organisasi, mengenai pentingnya hutan telah meningkat, angka penebangan hutan tropis belum menunjukkan penurunan.

Analisis FAO (Food and Agriculture Organization) menunjukkan kalau penebangan hutan hujan tropis naik sebanyak 8,5 persen pada periode 2000-2005. FAO memperhitungkan kurang lebih ada sekitar 10 juta hektare hutan tropis yang telah rusak secara permanen.

Dalam data tertera bahwa Indonesia menyumbang 17 persen dalam deforestasi ini, dengan hampir 2 juta hektare areal hutan yang ditebangi dalam jangka lima tahun tersebut.

Hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang amat penting karena berperan sebagai rumah bagi separuh dari spesies tumbuhan dan hewan di muka bumi. Ancaman bagi hutan hujan tropis artinya ancaman pula bagi keanekaragaman hayati di Bumi. Hutan juga membantu pemeliharaan iklim yang baik dengan mengatur gas-gas pada atmosfer serta mempertahankan stabilitas siklus air.

Dr. Ranil Senanayake dari Rainforest Rescue International menyatakan, sekarang ini penting untuk menyelamatkan hutan yang masih tersisa dengan memberlakukan status konservasi. "Saat ini, kerusakan hutan-hutan tropis yang ada telah kelihatan dampaknya, seperti masalah penampungan air, kualitas air yang buruk, dan ketergantungan pada pupuk buatan untuk tanaman," ujarnya dalam sebuah wawancara untuk Mongabay.com. (Sumber: AP/BBC Nature)

http://nationalgeographic.co.id/lihat/berita/511/kesadaran-meningkat-penebangan-hutan-tak-menurun

17,5 Juta Benih Pohon Untuk Kaltim Green

17,5 Juta Benih Pohon Untuk Kaltim Green
Iwan Fals hadir dalam pencanangan Kaltim Green kemarin

Samarinda, 31/1 (ANTARA) - Pemprov Kalimantan Timur menargetkan bisa menanam sedikitnya 17,5 juta benih berbagai jenis pohon guna mendukung program pembangunan bidang lingkungan, yakni Kaltim Hijau atau "Kaltim Green".

"Guna mencapai target itu, maka butuh dukungan 14 daerah (kabupaten dan kota) di Kaltim," kata GUbernur Kaltim, Awang Faroek Ishak di Samarinda, Selasa.

Akhir pekan lalu, program untuk melibatkan 14 kabupaten dan kota itu dilaksanakan secara simbolis di Stadion Sempaja Samarinda dengan mengundang semua kepala daerah di Kaltim.

Awang memaparkan bahwa sejak dicanangkan pada Kaltim Summit 7 Januari 2010, telah terealisasi penanaman 14,8 juta pohon, belum termasuk data dari beberapa kabupaten di Kaltim, yakni di Kabupaten Tana Tidung, Malinau, Kutai Barat dan Berau.

Menurut Awang, dengan Program Kaltim Green tekad Kaltim sebagai provinsi yang benar-benar hijau bisa diwujudkan. Melalaui kegiatan tersebut hendaknya menjadi titik awal bagi pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

"Pembangunan telah merubah wajah lingkungan kita selama ini. Suka tidak suka, pembangunan telah merusak wajah Kaltim yang hijau menjadi sebuah kerusakan lingkugnan. Eksploitasi untuk menghasilkan devisa telah dimulai sejak 65 tahun lalu. Semuanya sebenarnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyat," ujarnya.

Penanaman secara serentak di 14 kabupaten/kota ini, dipusatkan di Stadion Utama Palaran dengan lubang tanam sebanyak 2.000 tempat. Sementara itu, hal serupa juga dilakukan di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) Samarinda 1.500 buah lubang tanam.

Awang Faroek juga mengatakan telah mendapat laporan dari Kota Samarinda, Balikpapan dan Tarakan. Bahkan di kota Tarakan, penanaman dihadiri Menteri Lingkungan Hidup, Gusti Muhammad Hatta.

"Apa yang kita lakukan saat ini, bukan untuk kita tetapi untuk anak-anak kita 10 hingga 20 tahun mendatang. Ini yang dapat kita wariskan kepada mereka dengan penyediaan oksigen yang dihasilkan dari pohon-pohon yang ditanam hari ini," ujarnya.

Dengan penanaman pohon serentak di seluruh Kaltim, Awang Faroek meminta bupati dan walikota di Kaltim mendata lahan-lahan kritis di wilayah masing-masing dan menyediakan hutan kota serta membangun taman-taman sebagai kawasan hijau terbuka.

"Kabupaten/kota diharapkan dapat mendata lahan-lahan kritis untuk segera ditanami. Buatlah taman kota dan kawasan terbuka untuk penanaman pohon. Buat master plannya dan harus konsisten untuk selalu menjaga taman-taman tersebut," ujar dia berharap.

Terkait program Kaltim Hijau itu, sebagian pihak merasa pasimistis karena menilainya merupakan program yang tidak menyentuh akar masalah sehingga kerusakan lingkungan di Kaltim terus meluas.


Pasca Penanaman

Sebagian warga justru menilai hal itu hanya sebuah program penuh retorika karena tidak bersentuhan langsung dengang upaya penyelamatan lingkungan.

"Pertanyaan paling mudah, adalah pasca penanaman, siapa yang bertanggung jawab memeliharanya. Bisa kita lihat buktinya, usai acara serimonial penanaman bibit pohon, apakah bupati dan walikota atau pejabat lain memikirkan tanaman itu, entah dibabat atau dimakan sapi," ujar Rahmad, salah seorang mahasiswa di Samarinda.

"Pertanyaan lain, apakah kawasan yang menjadi lokasi penghijauan memang tepat artinya ada jaminan kawasan itu tidak akan dialihfungsikan," ujarnya.

Selain itu, katanya menambahkan bahwa laju kerusakan hutan di Kaltim diperkirakan antara 500.000 Ha sampai 900.000 Ha per tahun dan hal itu kebanyakan terjadi akibat pembalakan, kebakaran hutan dan lahan serta pertambangan yang tidak bersentuhan langsung dengan program Kaltim Green.

"Pertanyaan yang lain, pusat melalui dana reboisasi (DR) setiap tahun mengalokasikan dana sangat besar untuk program penghijauan, rehabilitasi dan reboisasi saja sampai kini tidak jelas keberhasilannya. Kita khawatir program ini akan menjadi mubazir namun hanya tampak indah didengar," kata Rahmad.

http://kaltim.antaranews.com/berita/3628/175-juta-benih-pohon-untuk-kaltim-green


Kaltim Green Targetkan 17,5 Pohon Per Tahun

SAMARINDA – vivaborneo.com – Gubernur Kaltim menargetkan 17,5 juta pohon dapat ditanam di seluruh Kaltim setiap tahunnya atau 87,5 juta pohon selama lima tahun ke depan melalui Program Kaltim Green.Demikian harapan Awang Faroek Ishak pada acara Penanaman Sejuta Pohon yang dilaksanakan serentak di 14 kabupaten/kota di Kaltim, yang dipusatkan di Stadion Utama Palaran, Samarinda, Sabtu (29/1).

Sejak dicanangkan pada Kaltim Summit 7 Januari 2010, telah terealisasi penanaman sebanyak 14,8 juta pohon, belum termasuk data dari beberapa kabupaten di Kaltim, seperti Tana Tidung, Malinau, Kutai Barat dan Berau.

Menurut Awang, dengan Program Kaltim Green tekad Kaltim sebagai provinsi yang benar-benar hijau bisa diwujudkan. Acara ini hendaknya dapat menjadi titik awal bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

“Pembangunan telah merubah wajah lingkungan kita selama ini. Suka tidak suka, pembangunan telah merusak wajah Kaltim yang hijau menjadi sebuah kerusakan (lingkugnan). Eksploitasi untuk menghasilkan devisa telah dimulai sejak 65 tahun lalu. Semuanya sebenarnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyat,” ujarnya.(vb/yul

Larangan Kendaraan Tambang di Jalan RAYA

Instruksi Gubernur Kaltim Segera Keluar

- Soal Perusahaan Tambang Pakai Jalan Umum

SAMARINDA -- Instruksi Gubernur Kaltim yang akan melarang semua perusahaan pertambangan menggunakan jalan umum di seluruh Kaltim segera keluar. Instruksi yang akan disampaikan ke semua Bupati dan Walikota itu sebagai upaya menyelamatkan ruas-ruas jalan umum dari kehancuran akibat digunakan angkutan tambang batubara.

"Instruksi Gubernur itu masih digodok di Biro Hukum Setprov, dan tak lama lagi keluar. Begitu keluar, segera kita teruskan ke semua Bupati dan Walikota di Kaltim ini," ucap Kepala BLH Kaltim, Riza Indra Riyadi ketika menjawab seabrek pertanyaan pemirsa dalam dialog interaktif di TVRI Kaltim, Samarinda, Kamis (27/1) sore.

Sejumlah pemirsa memang menyoal rusaknya ruas-ruas jalan umum di seantero Kaltim, termasuk lingkungan kawasan hutan akibat maraknya operasional tambang batubara. Namun, pemirsa TVRI seperti Supriyadi, Rahman (Samarinda), Susilo (Palaran), Roby (Kubar) belum melihat adanya tindakan nyata Pemprov mau pun Pemkab/Pemkot terkait "unjuk giginya" para perusak jalan umum dan lingkungan hutan ini.

Supriyadi misalnya menyoal hancurnya lingkungan di Samarinda akibat penambangan batubara. Tapi, ia belum melihat upaya pemerintah menekan perusahaan-perusahaan tambang agar mempercepat reklamasi dan penghijauan.

"Jangan masyarakat saja yang diminta menanam pohon penghijauan. Perusahaan-perusahaan tambang itu yang harusnya cepat melakukan reklamasi dan penghijauan," ujarnya dalam dialog bertema pencanangan penanaman sejuta pohon di Kaltim tahun 2011 ini.

Susilo pun mengungkap begitu. Ia melihat, sangat banyak ruas jalan umum di Kaltim yang hancur akibat digunakan perusahaan tambang. Aturannya sendiri sudah ada, tapi belum ada tindakan nyata pemerintah. Kami tidak percaya itu, kenyataannya sangat tidak sama dengan yang terjadi di lapangan," ucap warga Palaran itu.

Riza Indra sendiri yang ditemani Kadis Kehutanan Kaltim, Khairil Anwar bisa memahaminya. Namun, setelah Gubernur Awang Faroek Ishak meninjau beberapa lokasi tambang di Palaran, Samarinda, baru-baru ini, pihaknya segera menerbitkan instruksi Gubernur. "Sekarang instruksi Gubernur itu digodok di Biro Hukum. Kalau keluar, segera kita sampaikan ke semua Bupati dan Walikota untuk dilaksanakan," ucap Riza Indra.

Di antara pointer instruksi itu, urai Riza, tak hanya memuat pelarangan jalan umum, registrasi izin usaha pertambangan (IUP), melainkan juga soal penutupan tambang emas ilegal di kecamatan Tabang, Kutai Kartanegara.

"Kami baru saja selesai rapat dan sudah membentuk tim terpadu untuk menutup tambang emas di Tabang. Tim terpadu ini juga bertugas mengawasi dan menindak tegas para pelaku ilegal mining di seluruh wilayah Kaltim," ujarnya.

Menurut dia, semua langkah ini harus dilakukan demi menyelamatkan kerusakan lingkungan yang kian parah di Kaltim. Terlebih Gubernur sendiri memang sangat konsisten dengan upaya penyelamatan lingkungan melalui program Kaltim Hijau atau Kaltim Green. Dan, upaya mewujudkan Kaltim Green ini, maka hari Sabtu (29/1) besok dilakukan gerakan penanaman sejuta pohon di seluruh Kaltim yang dipusatkan di seputar Komplek Stadion Utama, Palaran, Samarinda. (diskominfo)

http://diskominfo.kaltimprov.go.id/berita-360-instruksi-gubernur-kaltim-segera-keluar.html

Iwan Fals Ramaikan Gerakan Satu Juta Pohon

SAMARINDA – Musisi ternama ibukota Jakarta, Iwan Fals, dipastikan ikut meramaikan gerakan penanaman satu juta pohon di Kaltim, Sabtu (29/1) besok. Gerakan menanam satu juta pohon di seantero Kaltim ini dipusatkan di Komplek Stadion Utama Palaran, Samarinda, dan dikomandani langsung oleh Gubernur Awang Faroek Ishak.

Kepastian Iwan Fals meramaikan gerakan penghijauanKaltim 2011 ini diutarakan Kepala Dinas Kominfo Kaltim, Moh Jauhar Efendi saat jumpa pers di Studio RRI Samarinda, Jumat (28/1). Iwan Fals akan menyuguhkan tembang-tembang menarik yang diharapkan bisa memotivasi masyarakat untuk lebih giat menanam pohon penghijauan di lingkungannya.

Kenapa harus Iwan Fals? “Ya, biar gaung penghijauan ini benar-benar menggaung ke seluruh pelosok Kaltim. Sebab, sentilan lagu-lagu Iwan Fals cukup menyentuh, banyak mengangkat tema lingkungan, sosial dan disenangi masyarakat. Jadi, sebelum Pak Gubernur menandai penanaman nanti, Iwan Fals tampil dulu menghibur semua pegawai dan masyarakat,” ucap Jauhar dalam konfrensi pers seusai dialog interaktif di RRI tersebut.

Jumpa pers ini membahas berbagai agenda kegiatan yang digelar berkaitan HUT ke-54 Provinsi Kaltim tahun 2011. Ia menyebut, selain gerakan menanam satu juta pohon ini, dua agenda lain yang siap digelar adalah lomba lari 10 kilometer atau Gubernur Kaltim 10-K II di Samarinda, Minggu (30/1), dan pameran pembangunan atau ‘Kaltim Fair 2011’ di dalam dan halaman GOR Segiri, Samarinda, 2 – 8 Februari nanti.

Berbicara sambil ditemani Kepala Dispora Kaltim, H Masri Hadi dan Junaidi, unsur panitia ‘Kaltim Fair 2011’ dari BPPMD (Badan Perizinan Penanaman Modal Daerah) Kaltim, Jauhar menyatakan, gerakan menanam satu juta pohon di Kaltim tahun 2011 ini sebagai bagian dari upaya menyelamatkan lahan-lahan kritis di Kaltim. Ini sesuai program Kaltim Hijau (Kaltim Green) yang sudah dilaunching Gubernur Faroek pada 7 Januari 2010, dan harus terus digelorakan ke masyarakat.

Menurut Jauhar, kegiatan penanaman satu juta pohon yang dipusatkan di seputar Komplek Stadion Utama Palaran ini melibatkan semua pihak. Tak hanya semua pegawai di lingkup Pemprov saja, melainkan semua unsur masyarakat harus ikut terlibat, termasuk perusahaan-perusahaan pertambangan yang wajib melakukan reklamasi dan revegetasi di areal tambangnya.

Secara terpisah, Kepala Dishut Kaltim Khairil Anwar menyebutkan, persiapan di lokasi sudah siap. Di areal ini akan ditanam 1.000 bibit pohon penghijauan seperti trambessi, mahoni, akasia, dan dan lainnya. Sedang satu juta bibit pohon yang sama sudah didistribusikan ke 14 kabupaten/kota, untuk ditanam secara serentak di daerah masing-masing.

Ia menambahkan, kegiatan penghijauan di lahan kritis sekitar stadion utama ini hanya bagian kecil dari lahan-lahan kritis yang ada di Kaltim, termasuk rusaknya lingkungan kawasan hutan akibat pertambangan batubara. Namun, penghijauan di lokasi tambang dalam kawasan hutan ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengusaha tambang sendiri yang harus cepat mereklamasi dan merevegetasinya. (diskominfo)

http://diskominfo.kaltimprov.go.id/berita-361-iwan-fals-ramaikan-gerakan-satu-juta-pohon-.html

Hutan Taman Nasional Kutai Kian Hancur

TNK.jpg
Ilustrasi area hutan TNK
SANGATTA, tribunkaltim.co.id - Kawasan hutan lindung Taman Nasional Kutai (TNK) di Desa Martadinata, Desa Suka Rahmat dan Desa Suka Damai di Kecamatan Teluk Pandan, Kutai Timur, Kalimantan Timur kian hancur oleh berbagai aktivitas merusak lingkungan.

Kawasan konservasi lingkungan itu sebelumnya sudah rusak akibat aktifitas pembalakan liar dan pembukaan lahan tanpa izin kini kian parah akibat kegiatan penambangan galian C, yakni menggali dan mengambil batu gunung kebutuhan bangunan.

Taman Nasional Kutai disebut-sebut "benteng terakhir hutan tropis dataran rendah yang masih tersisa di Kaltim" dengan luas 189.000 Ha. Maraknya kasus perusakan hutan di kawasan itu, diperkirakan hampir 75 persen kawasannya sudah rusak baik dalam tingkatan biasa, parah dan sangat kritis.

Di kawasan itu, selain terdapat hamparan hutan damar terbesar di dunia juga memiliki berbagai satwa langka antara lain, Rusa Sambar, Uwauwa, Orangutan dan Buaya Maura.

Terlihat, puluhan warga yang melakukan kegiatan ilegal atau tanpa izin tetap nekat dengan mendirikan tenda-tenda di sekitar lokasi untuk melakukan kegiatannya sejak pagi hingga sore.

Dilaporkan bahwa warga yang melakukan kegiatan menambang batu gunung sekitar tidak saja melibatkan laki-laki, tetapi puluhan ibu-ibu rumah tangga ikut bekerja sebagai buruh harian.

Mereka seperti berlomba menggunakan alat tradisional, seperti cangkul untuk menggali dan palu besar untuk memecahkan batu berukuran besar itu.

Sejumlah kendaraan roda empat dan roda enam antri dilokasi penambangan untuk mengangkut batu berbabai ukuran ke Kota Bontang dan Sangata Kutai Timur

Petugas keamanan seperti tidak berdaya, padahal kegiatan penambangan ilegal itu berjarak sekitar 50 meter dari pos polisi unit Teluk Pandan Sektor Sangata, Kutai Timur.

Irwan (34) warga Desa Martadinata mengatakan bahwa kegiatan warga itu memang tanpa izin dan menyalahi peraturan namun para penambang liar berkilah bahwa hal itu akibat desakan kebutuhan hidup.

"Apalagi, kini akibat kondisi ekonomi tidak menentu, kehidupan warga sekitar daerah kian terpuruk," paparnya.

Bahkan, sebagian penambang liar itu, menurut Irwan adalah orang upahan karena sudah ada cukong baik dari Kutai Timur maupun Bontang --daerah terdekat lokasi-- yang menyiapkan gaji, peralatan dan transportasi untuk membawa keluar batu gunung yang dimanfaatkan untuk proyek bangunan atau jalan tersebut.

Hal senada dikatakan Syamsuddin (55) salah seorang buruh penambang batu yang mengaku kesulitan ekonomi untuk menghidupkan tiga orang anaknya.

Ketua Komisi III DPRD Kutai Timur Kasmidi Bulang, saat dikonfirmasi mengatakan bahwa dewan akan membuat raperda inisiatif galian C.

"Potensi galian C di Kutai Timur cukup besar, makanya perlu ada produk hukum yang mengaturny," imbuh dia

Terkait status kawasan itu adalah TNK maka tindakan warga untuk melakukan penambangan liar di kawasan itu melanggar UU tentang Lingkungan Hidup. (*)

Editor : Fransina Luhukay
Sumber : Antara

Kota Terpadat di Dunia




Berlokasi di antara distrik São Conrado dan Gávea di Rio de Janeiro, Rocinha dalam bahasa Portugis berarti lahan pertanian kecil merupakan perkampungan kumuh terbesar atau "favela" di Amerika Selatan. Posisinya di atas pinggir bukit dalam jarak satu kilometer dari pantai, Rocinha dulunya adalah perkampungan kecil yang berkembang cepat menjadi lingkungan kumuh yang padat. Tapi Anda akan menjumpainya agak sedikit lebih baik dari yang lainnya karena bangunan-bangunan di sini terbuat dari bata dan dilengkapi dengan persedian air, sanitasi, dan fasilitas umum lainnya.


Yang membuat Rocinha berpotensi sebagai lokasi berbahaya untuk tinggal adalah karena maraknya perdagangan obat-obatan terlarang di sini. Hal ini sering memicu terjadinya pertarungan antar genk belum lagi pengejaran-pengejaran oleh polisi yang membuat singgah dan tinggal di tempat ini sangat beresiko. Populasi di sini mencapai 100.000 kepala yang merupakan kelompok ekonomi bawah dengan tingkat kematian yang tinggi. Lebih lagi, Rocinha dibangun di atas lereng bukit yang curam yang rawan longsor dan juga banjir.

Sumber : http://www.beliveornotart.info/2011/01/kota-terpadat-di-dunia-dan-kota.html

Al Gore Latih 300 Orang Soal Perubahan Iklim

JAKARTA, tribunkaltim.co.id - Penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2007 The Honorable, Al Gore, memberikan pelatihan tentang perubahan iklim kepada 300 orang dari berbagai negara terutama berasal dari Indonesia.

"Ada 1200 peminta dari pejabat sampai artis, tetapi karena hanya ada 300 tempat duduk sehingga harus diseleksi berdasarkan komitmen," kata Manager The Climate Project Indonesia (TCPI) Amanda Katili Niode di Jakarta, Sabtu.

TCPI bersama Sekretariat Kabinet RI, Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dan mitra merupakan penyelenggara pelatihan penanganan perubahan iklim dengan judul "The Climate Project Asia-Pacific Summit" yang berlangsung di JCC Senayan pada 8- 10 Januari 2011.

Amanda mengatakan, TCPI berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perubahan iklim melalui komunikasi ilmu pengetahuan, dampak, dan solusi perubahan iklim menuju pembangunan rendah karbon di Indonesia.

"Melalui pelatihan ini, diharapkan pemahaman mengenai dampak dan upaya menghadapi perubahan iklim dapat tersebar lebih luas, melalui individu yang terpilih mengikuti pelatihan ini," katanya.

Pelatihan perubahan iklim tersebut merupakan yang pertama digelar di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik, setelah sebelumnya mantan Wakil Presiden Amerika itu melatih di Melbourne, Beijing dan New Delhi.

TCP Indonesia merupakan salah satu dari ke-9 TCP lainya yang berada di Australia, Kanada, India, Meksiko, Spanyol, Inggris, Amerika dan Cina.

Ketua Harian DNPI yang juga Utusan Khusus Presiden RI untuk kedatangan Al Gore ke Indonesia merupakan apresiasi tersendiri karena pembuat film Inconvinient Truth itu bukan orang partisan dan tidak membawa agenda politik tertentu.

"Ini merupakan gerakan yang timbul dari kesadaran masyarakat karena terus terang kesadaran masyarakat di Indonesia susah didapat karena masih terfokus pada kebutuhan dasar," katanya.

Racmat mengatakan pada kenyataannya aksi yang paling nyata untuk penanganan perubahan iklim justru berada di tiap individu anggota masyarakat.

"Karenanya, saya sangat mendukung serta menyambut baik kegiatan pelatihan seperti yang dilaksanakan oleh TCPI ini. Selayaknya kegiatan sejenis juga terus dilakukannya sehingga pemahaman dan peran nyata masyarakat dalam upaya ini dapat semakin optimal," katanya.

Sedangkan Sekretaris Kabinet, Dipo Alam mengatakan pentingnya upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan adaptasi perubahan iklim.

"Komitmen Pemerintah dalam mewujudkan pembangunan yang adil dan berkelanjutan, dilakukan dengan menerapkan empat pendekatan pembangunan yaitu pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Keempat perioritas pembangunan tersebut selanjutnya diterjemahkan ke dalam berbagai program kerja yang membutuhkan peran aktif seluruh unsur masyarakat, termasuk di dalamnya kelompok pemuda, lembaga swadaya masyarakat, ilmuan dan pengusaha," katanya.

Pelatihan The Climate Project tersebut oleh 300 individu yang terseleksi dari 15 negara.

Mereka berasal dari berbagai profesi seperti akademisi, aktivis lingkungan, artis, pengusaha, pejabat pemerintah dan mahasiswa.

Setelah mengikuti pelatihan, peserta menyandang predikat The Climate Project Presenter dan berkewajiban memberi pemahaman ke warga tentang dampak dan upaya menghadapi perubahan iklim di lingkungannya masing-masing.(antara)

http://kaskusnews.us/category/lounge/aneh-dan-unik/page/17/

Normalisasi SKM Efektif Tanggulangi Banjir

SAMARINDA – Normalisasi bantaran sungai Karang Mumus (SKM) dipandang Wakil Walikota H Nusyirwan Ismail menjadi salah satu langkah efektif menanggulangi persoalan banjir di Kota Samarinda. Langkah penanggulangan lainnya berupa pembersihan saluran pembuangan atau drainase kota, kewajiban pengembang membuat daerah tangkapan air (catchment area) kalau mengurus IMB, dan pembangunan polder.

“Polder pilihan terakhir kita, karena biaya pembangunannya mahal. Sedang upaya penanggulangan yang kita rasakan efektif adalah normalisasi SKM, salah satu anak sungai Mahakam yang membelah dua Kota Samarinda ini,” ucap Nusyirwan ketika memaparkan langkah-langkah penanggulangan banjir dalam Rapat Koordinasi bertajuk Degradasi Lingkungan dan Anomali Perubahan Iklim di Kantor Gubernur Kaltim, Samarinda, Rabu (19/1).

Nusyirwan yang baru dua bulan menjabat Wawali Samarinda langsung menyebut contohnya. Menurut dia, normalisasi SKM di sekitar Gang Nibung atau di daerah lekukan Pasar Segiri itu terbukti cukup efektif menngatasi banjir. “Sejak normalisasi SKM di sekitar Gang Nibung, maka genangan air banjir di daerah Jalan Pemuda dan sekitarnya tidak separah seperti sebelumnya. Karena itu, langkah penanggulangan melalui normalisasi SKM ini terus kita lakukan,” ucapnya.

Menurut Pak Nus -- sapaan akrabnya -- langkah normalisasi SKM ini tentu harus mendapat dukungan semua pihak, termasuk Gubernur Awang Faroek Ishak dan jajaran Pemprov. Pemkot sendiri sudah bertekad melanjutkan program kali bersih (prokasih) yang sudah dilakukan sebelumnya. Bahkan, tahun 2011 ini, Walikota Syahari Jaang sudah mendapat dukungan dari Menteri Perumahan Rakyat untuk membangun lebih kurang 2.500 buah rumah sederhana untuk pemindahan warga di bantaran SKM.

“Permukiman warga di sepanjang bantaran SKM akan kita pindahkan secara bertahap. Karena itu, saya juga berharap dukungan Pak Gubernur terkait langkah-langkah penanggulangan banjir ini,” papar Pak Nus seraya menimpali pihaknya juga berencana mendatangkan tenaga ahli dari Belanda untuk membantu mengatasi persoalan air bah di Samarinda yang juga ibukota provinsi Kaltim ini.

Langkah-langkah penanggulangan lainnya, sebutnya, adalah terus berupaya membersihkan semua drainase di dalam kota, dan mewajibkan semua pengembang perumahan yang mengurus IMB (Izin Mendirikan Bangunan) untuk membuat daerah resapan air. Sedang di muara SKM sudah direncanakan membangun pintu air, walau masih terkendala pasar Sungai Dama. Semua langkah ini harus dilakukan agar persoalan banjir teratasi, dan Kota Samarinda benar-benar menjadi kota yang teduh, rapi, aman dan nyaman.

Menyikapi berbagai langkah penanggulangan banjir ini, Gubernur Faroek yang memimpin Rakor bersama semua unsur FKPD, semua SKPD di lingkup Prov Kaltim, LSM Jatam Kaltim, termasuk Bupati dan Walikota, menyambut gembira. “Terima kasih Pak Nus. Saya berharap Kota Samarinda di bawah kepemimpinan Pak Jaang dan Nusyirwan benar-benar lebih baik dan nyaman,” ucap Gubernur Faroek. (diskominfo)

http://diskominfo.kaltimprov.go.id/berita-347-normalisasi-skm-efektif-tanggulangi-banjir.html

Percepat resapan untuk mencegah banjir

Disaat musim ujan turun biasanya akan banyak genangan air di sekitar lingkungan kita, genangan air tersebut berpotensi sebagai serang kuman, nyamuk dkk. Bahkan genangan air yang susah diresap tanah akan menjadi kubangan (bajir). Ada beberapa cara untuk mengurangi bahkan dapat mencegah terjadinya genangan air, antara lain biopori dan sumur resapan :

1. Biopori (lubang resapan).

Biopori adalah lubang-lubang tanah yang terbentuk akibat aktifitas organisme di dalamya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna rayap lainnya. lobang-lobang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah, sehingga air dapat meresap dengan baik.

Bila terdapat banyak lubang udara yang terbentuk maka air dipermukaan tanah akan langsung diresap sehingga air tidak mengalir, hal seperti ini biasanya terjadi di tanah hutan yang banyak terdapat bahan organik dari daun-daun yang membusuk sehingga meningkatkan aktifitas hewan tanah, hal seperti ini dapat dilakukan di sekitar lingkungan kita. caranya adalah dengan membuat lobang vertikal dan diisi dengan sampah-sampah organik, seperti daun, rumput dll. sampah-sampah organik ini kan menjadi bahan energi untuk aktifitas hewah tanah sehingga akan terbentuk rongga-rongga di dalam tanah.

Gambar Skema pembuatan lobang Biopori

2. Sumur Resapan

Bagaimana sebenarnya sumur resapan itu bekerja? Air hujan yang jatuh ke halaman kita setidaknya 85 persen harus bias diserap oleh halaman tersebut agar tidak meluapkan banjir. Halaman rumah kita secara alamiah bisa menyerap curahan air hujan yang jatuh, termasuk dari atap rumah, yang mengalir melalui talang. Di sini sumur resapan akan mengurangi sumbangan bencana banjir dengan mengurangi sumbangan run off air hujan.

Dibawah tanah, resapan ini akan masuk merembes lapisan tanah yang disebut sebagai lapisan tidak jenuh, dimana tanah (dari berbagai jenis) masih bias menyerap air, kemudian masuk menembus permukaan tanah (water table) di mana dibawahnya terdapat air tanah (ground water) yang terperangkap di lapisan tanah yang jenuh. Air tanah inilah yang sebenarnya kita konsumsi.

Masuknya air hujan melalui peresapan inilah yang menjaga cadangan air tanah agar tetap bisa dicapai dengan mudah. Ii karena permukaan air tanah memang bisa berubah-ubah, tergantung dari suplai dan eksploitasinya. Dengan teralirkan ke dalam sumur resapan, air hujan yang jatuh di areal rumah kita tidak terbuang percuma ke selokan lalu mengalir ke sungai.

Bagaimana sebaiknya Sumur Resapan di Pekarangan Rumah Kita Dibuat? Satandar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, menetapkan beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan yaitu :

1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil.
2. Sumur resapan harus dijauhklan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank (minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak minimum satu meter dari fondasi bangunan.
3. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.
4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) lebih besar atau sama dengan 2,0 cm per jam (artinya, genagan air setinggi 2 cm akan teresap habis dalam 1 jam), dengan tiga klasifikasi, yaitu :
• Permeabilitas sedang, yaitu 2,0-3,6 cm per jam.
• Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm per jam.
• Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm per jam.

sumber:

- Saptono Istiawan IAI, Harian Kompas 16 Pebruari 2007

- www.biopori.com

Bungin, Pulau Terpadat di Dunia


Dengan luas 8 hektare dihuni lebih dari 2.800 penduduk, Bungin bisa jadi pulau terpadat di dunia. Sejarah penghuni, etos kerja penduduknya yang nelayan, dan cerita kambing maka kertas melengkapi keunikan di pulau karang tersebut.

“Anda pasti tertarik ke sana karena cerita Kambing makan kertas?. Hanya di Bungin anda bisa melihatnya langsung, dan percaya,” begitu kata Indra, seorang warga Desa Alas, Kecamatan Sumbawa.

Pertanyaan itu hampir selalu dilontarkan warga di sana, kepada orang luar yang menanyakan letak Pulau Bungin, dan hendak menuju ke Pulau itu.
Pulau Bungin terletak di perairan laut Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tepatnya di sebelah utara Pulau Sumbawa. Secara administratif Bungin termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Alas.

Tak sulit menemukannya. Dari Sumbawa Besar, ibukota Kabupaten Sumbawa, hanya berjarak sekitar 70 KM ke arah barat. Sedangkan dari Mataram, menghabiskan waktu berkendara sekitar 6 sampai 8 jam perjalanan ke arah timur, sudah termasuk perjalanan laut menggunakan kapal penyeberangan Lombok-Sumbawa.

Sedikit bertanya pada warga di Desa Alas, pasti langsung ditunjukkan letak Pulau Bungin. Dari daratan sepanjang jalan di Alas, pulau Bungin bisa terlihat karena jaraknya hanya sekitar 4 KM arah utara dari Alas.

Kini, menuju pulau Bungin tak harus menyeberang dengan sampan, pakai sepeda motor atau mobil juga bisa karena sudah tanggul terbuat dari susunan karang yang menghubungkan Bungin dengan daratan.

Cerita tentang Kambing makan kertas, memang sangat melekat bagi citra Pulau Bungin. Kedengarannya memang aneh. Tetapi pemandangan itu menjadi sesuatu yang lazim bagi penduduk Bungin.

Di Bungin kambing memang tak punya pilihan makanan lain, selain sampah kertas dan kain bekas. Tekstur pulau batu karang tak memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh, meski hanya rumput.

Setiap ada pengunjung yang datang untuk melihat kambing makan kertas, belasan anak usia SD dengan senang hati akan menunjukannya. Mereka beramai-ramai mencari kertas atau dos bekas untuk diberikan pada kawanan kambing.

Meski bertahan hidup hanya dengan makan sampah kertas dan kain bekas, populasi kambing di Bungin cukup banyak.

Sejak tahun 2002 lalu, Pulau Bungin sudah menjadi desa definitif dengan tiga Dusun, di wilayah Kecamatan Alas. Jumlah penduduk dan luas areal pulau sudah memungkinkan.
Catatan resmi di Kantor Desa Pulau Bungin menyebutkan, jumlah penduduknya saat ini mencapai 609 Kepala Keluarga (KK) terdiri dari 2.826 Jiwa.
“Pulau ini mungkin satu-satunya pulau terpadat, dan satu-satunya pulau yang luasnya terus bertambah,” kata Sopian, Kepala Desa Pulau Bungin.

Menurutnya, saat diukur pada tahun 2002 silam, luas pulau sekitar 6 Hektare, namun kini luas pulau itu menjadi sekitar 8 Hektare.
Pulau Bungin memang sangat padat penduduk. Rumah penduduk tersusun sangat rapat, dengan jarak antara rumah hanya sekitar 1,5 meter.

Konstruksi rumah adalah rumah panggung khas Bungin, terlihat merata menutupi luas pulau. Karena rapatnya, ada beberapa rumah yang atapnya bertemu.
Hukum adat tentang perkawinan warga Bungin, menjadi alasan yang membuat Pulau Bungin tetap mampu menampung pertambahan jumlah penduduknya. Karena dalam hukum adat itu, diatur pasangan muda-mudi yang hendak menikah wajib membangun lokasi sendiri untuk mendirikan rumah mereka.

Caranya, pasangan itu harus mengumpulkan batu karang untuk ditumpuk pada sisi luar pulau yang ditentukan. Ukuran lokasinya bisa mencapai 6 x 12 meter persegi. Setelah lokasi terbentuk, baru mereka boleh menikah dan mendirikan rumah. Itu sebabnya, luas pulau Bungin terus bertambah dari tahun ke tahun.
“Biasanya bisa makan waktu 3 sampai 7 bulan untuk satu lokasi. Tetapi itu sudah aturannya turun temurun, kalau mereka tidak bikin lokasi ya belum boleh kawin,” kata Sopian.

Tapi, bagi warga Bungin aturan itu tidak mempersulit, sebab pengumpulan batu karang biasanya dilakukan dengan bergotong royong.
Bisa dibilang, pulau Bungin adalah pulau karang bentukan. Meski pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumbawa, selalu mengukur luas pulau itu setiap lima tahun, namun tak satu penduduk pun memiliki sertifikat tanah.

“Karena ini kan bukan tanah daratan, ini karang bentukan warga. Maka di pulau ini warganya tidak membuat sertifikat, hanya ada keterangan hak milik yang dikeluarkan Kantor Desa,” kata Sopian.

Legenda Panglima Mayo

Penduduk pulau Bungin bermata pencaharian nelayan. Mereka adalah keturunan suku Bajo dan Bugis, Sulawesi Selatan.
Dari cerita turun temurun yang mereka percayai, dulunya luas pulau Bungin hanya sekitar 3 Hektare, teksturnya karang utuh. Penduduk pertamanya ialah nenek moyang mereka yang dibawa dalam armada laut Panglima Mayo, seorang pejuang Sulawesi Selatan, ketika terdesak penjajah Belanda pada tahun 1818.
“Makanya bahasa daerah sehari-hari penduduk di sini pakai bahasa Bajo, bukan bahasa asli daerah Sumbawa,” katanya.

Walau seluruh penduduknya bermata pencaharian nelayan, kehidupan warga pulau itu cukup mapan. Jauh dari kesan kemiskinan yang biasa terlihat di kampung-kampung nelayan lainnya di Nusa Tenggara Barat.
Hampir semua keluarga punya barang elektronik. Paling rendah punya pesawat televisi, lengkap dengan reciever parabola digital.

Malah, anak-anak Bungin sudah tidak asing dengan Play Station. Ada sejumlah rental menyewakan Play Station di sana.
Kebutuhan belanja sehari-hari penduduk di sana, juga lumayan tinggi. Soalnya, kecuali produk laut, semua kebutuhan lainnya harus dibeli. Mulai sembako, hingga air bersih.

Ini yang unik. Untuk kebutuhan sehari-hari itu, para wanitalah yang memenuhinya.
“Suami kita melaut, kadang sampai 3 bulan di laut. Kita yang cari uang untuk belanja,” kata Hasnah, istri nelayan Bungin.
Untuk kebutuhan itu, Hasnah dan para wanita lainnya mencari ikan, kerang, dan tripang di sekitar Pulau Bungin. Hasilnya lumayan, mereka bisa mengantungi Rp15 ribu sampai Rp30 ribu perhari.

Nelayan di Pulau Bungin sudah menggunakan teknik modern mencari ikan. Dengan kapal-kapal berukuran besar, menggunakan mesin tempel dan layar, mereka bisa melaut sampai ke perairan Pulau Flores, NTT, dan peraian Maluku. Selain memburu ikan dengan jala, mereka juga terkenal piawai memburu Lobster.

Nah, hasil melaut para nelayan inilah yang kemudian digunakan untuk keperluan tambahan keluarganya. Mulai dari keperluan membangun rumah, menyekolahkan anak, membeli perhiasan, hingga naik haji.

Penduduk Bungin sangat mencintai pulaunya. Meski mapan secara ekonomi, mereka tidak pernah berpikir untuk membeli tanah dan pindah rumah ke darat.

Peti kalamndan isian kepeh bubungin, pdi dendamku malenan tana bungin. Syair adat turun temurun itu menjadi pengikatnya. Dalam bahasa Bajo syair itu berarti, banyak peti sudah kuisi dengan uang dari Bungin, sakit hatiku jika meninggalkan tanah Bungin.

“Di darat biasanya banyak godaan, dan juga banyak rasa tidak aman. Misalnya ada pencuri. Maka itu, walau bisa melaut sampai berbulan-bulan, masyarakat Bungin pasti kembali,” kata Sopian.

Di Pulau Bungin mereka tidak merasa khawatir soal keamanan dan kenyamanan, karena pertalian persaudara membuat mereka saling menjaga.
Hanya satu yang ditakuti mereka, yakni kebakaran. Bayangkan dengan posisi rumah yang sangat rapat, pasti kebakaran bisa merembet sangat cepat.

“Makanya kalau ada gejala kebakaran, maka semua masyarakat di sini menjadi petugas pemadamnya. Tapi mudah-mudahan itu tidak pernah terjadi,” kata Sopian.
Berkat kemampuan ekonomi mereka, infrastruktur di pulau Bungin pun terus terbenahi dari tahun ke tahun. Listrik PLN dan Air PDAM sudah masuk ke sana.

Sudah ada dua buah Sekolah Dasar di Pulau itu, dan sebuah Puskesmas pembantu.
Secara swadaya pula, mereka membangun tanggul sepanjang 750 Meter dengan lebar 2 Meter. Tanggul itu menghubungakan Bungin dengan daratan, sehingga selain menyeberang perahu, kini menuju Bungin bisa lewat darat.

Selain memudahkan akses masyarakat ke darat, tanggul itu juga untuk mempermudah jika ada warga Bungin yang meninggal dunia. Sebab mereka dimakamkan di sebuah tanjung yang diberi nama Tanjung Kuburan, di darat.
“Dari tanjung darat itu, pemerintah yang membantu membuka jalan sepanjang 3 KM ke jalan raya utama,” kata Kades Bungin, Sopian.

Masyarakat Pulau Bungin masih mengharapkan bantuan pemerintah untuk dunia pendidikan di sana. Berharap ada SMP dan SMA di pulau itu, walaupun lokasinya harus dikerjakan gotong royong.

Kini, Bungin sudah menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Sumbawa. Banyak wisatawan domestik dan mancanegara ingin melihat dari dekat.

Ada satu yang tak pernah berubah di pulau itu. Walau semua rumah memiliki kamar mandi, namun tak satu rumah pun punya WC. Buang air tetap dilakukan di laut.
Selain keramahan penduduknya, ada hal yang pasti berkesan ketika berkunjung ke Pulau Bungin. Kita bisa menikmati indahnya Sunrise dan Sunset di pulau yang sama.

Sumber : http://sobatscm.blogs.linkbucks.com/2011/01/19/bungin-pulau-terpadat-di-dunia/

Al Gore Berharap Indonesia Sosialisasikan Perubahan Iklim

JAKARTA, tribunkaltim.co.id - Penerima Nobel Perdamaian 2007, Al Gore, mengharapkan lebih banyak orang di Asia Pasifik, terutama di Indonesia, yang menyosialisasikan tentang perubahan iklim dan penanganannya kepada masyarakat luas.

"Pendidikan mengenai perubahan iklim adalah hal yang sangat penting bagi masyarakat di wilayah Asia Pasifik. Banyak orang yang harus menghadapi risiko yang sangat tinggi sehingga harus meninggalkan tempat mereka tinggal dalam beberapa dekade mendatang," kata mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) itu di Jakarta, Minggu.

Ia megemukakan, The Climate Project Presenter diharapkan mampu membantu memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat untuk mengambil peran aktif di komunitas mereka masing-masing dalam mencari solusi bagi krisis perubahan iklim.

Hal tersebut dikemukakan Al Gore kepada 350 relawan The Climate Project (TCP) yang lebih dikenal sebagai presenter TCP dari 21 negara dalam "The Climate Project Asia Pacific Summit" yang berlangsung di Balai Sidang Senayan, Jakarta, pada 8 - 10 Januari 2011.

Pemenang Oscar melalui filmnya An Inconvinienth Truth itu menyampaikan presentasi slide mengenai perubahan iklim, bencana alam terkait perubahan iklim dan data terakhir dalam pertemuan yang dilakukan pertama kali di Asia Pasifik, khususnya di Indonesia.

Presiden sekaligus CEO dari Alliance for Climate Protection, Maggie L. Fox, mengatakan bahwa 350 Presenter tersebut bakal dilatih dengan kiat-kiat bagaimana mengurangi polusi serta transisi menuju solusi energi bersih.

"Para relawan yang mengikuti pelatihan ini akan kembali ke komunitas mereka dan memimpin upaya menanggulangi perubahan iklim," katanya.

Dia mengatakan saat ini ada 3.600 presenter dari 56 negara, yang 900 di antaranya berasal dari Asia Pasifik yang telah dilatih langsung oleh Al Gore. Mereka telah memberikan 1733 presentasi perubahan iklim, dan mencakup 119,000 orang peserta presentasi.

Satu dari 75 orang Australia telah melihat presentasi yang diberikan oleh salah satu dari 330 presenter yang tersebar di Australia. Setiap lima menit, ada satu orang di wilayah Asia Pasifik yang melihat presentasi dari The Climate Project.

"Kepemimpinan politik penting, dan akan senantiasa penting, namun kerja sama dari berbagai lapisan masyarakat, baik di wilayah Asia Pasifik maupun di seluruh dunia, yang akan membuat perubahan dan mengantar kita menuju solusi," kata Maggie..

Manager The Climate Project-Indonesia, Amanda Katili Niode, berharap pertemuan puncak tersebut mampu mendorong dialog mengenai solusi krisis perubahan iklim dengan mempertimbangkan nilai-nilai tradisional seiring dengan teknologi modern.

Ada 71 presenter dari Indonesia yang berasal dari beragam profesi seperti birokrat, akademisi, pegawai swasta, rohaniwan sampai dengan pesohor. TCP-Indonesia, yang bertindak sebagai co-organizer Pertemuan Puncak, secara aktif menyuarakan isu-isu perubahan iklim ke masyarakat sejak didirikan tahun 2009.

Dalam pertemuan tersebut, Dr. Henry Pollack, Profesor Geofisika dari University of Michigan, akan berperan sebagai penasehat Sains TCP. Buku terbaru dari Dr. Pollack, "A World Without Ice", dipertimbangkan sebagai pemenang The Royal Society Prize untuk kategori Science Books pada tahun 2010.

Para peserta pelatihan juga akan mendapat bekal dari Asisten Khusus Presiden RI untuk isu-isu perubahan Iklim, Agus Purnomo .

Tugas utama Agus Purnomo adalah untuk memberikan masukan terbaru kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai perkembangan perundingan perubahan iklim, dan memberikan acuan dalam menangani isu perubahan iklim.
(antara)

Share : Indonesia yang kaya?

Cerita Awal : Jum’at (14/1) pagi ketika saya membaca koran Kompas, terutama pada artikel yang berjudul “Energi Bakal Jadi Masalah”, ada beberapa hal yang sedikit mengganggu pikiran saya. Diantaranya yaitu, maraknya penebangan liar, pemadaman bergilir dan kelangkaan BBM. Artikel tersebut memberi saya dorongan untuk menulis beberapa pendapat pribadi saya dan beberapa pernyataan yang mengutip pada media massa.


Pemanfaatan Secara Bijaksana

Kita tahu dan pastinya setuju bukan?, bahwa indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, minyak bumi, hutan tropis, keanekaragaman hayati, dan lain sebagainya yang tidak mungkin saya tampung semuanya pada tulisan ini. Barangkali kita merasa bangga akan hal itu, barangkali juga kita merasa kecewa dan gundah jika melihat kenyataan penggunaan SDA, pemanfaatan dan tindak lanjutnya. Ya, saya pribadi kecewa ( dan mungkin juga pembaca merasakan seperti itu ) , kepada pihak-pihak yang mengelola SDA secara tidak bijaksana.

Dosen PLH saya pernah mengatakan suatu hal tentang Lingkungan Hidup, yang intinya seperti ini : “ pengelolan Sumber Daya Alam, termasuk juga lingkungan sekitar harus secara bijaksana. Artinya, pengelolaan tersebut dilakukan dengan memperhatikan kelestarian SDA di masa mendatang dan sesuai pada peraturan yang telah ditetapkan”.

Dari pernyataan tersebut saya menangkap beberapa poin terkait penggunaan dan pemanfaatan SDA. Adapun poin-poin tersebut adalah sebagai berikut:

  • Sumber Daya Alam yang hendak di manfaatkan, harus dipertimbangkan kebermanfaatannya dan resiko yang mungkin ditimbulkan dimasa mendatang, sehingga pemanfaatan SDA itu akan maksimal baik secara kuantitas maupun kualitas.
  • Sumber Daya Alam jangan dieksploitasi secara berlebihan. Artinya, janganlah demi tujuan tertentu pemanfaatan SDA itu dilakukan secara besar-besaran tanpa memperhatikan kelestarianny dikemudian hari. Bukankah kita nantinya akan mewariskan semua ini kepada generasi berikutnya.
  • Hendaknya para pengusaha atau mereka yang mengeksplorasi SDA patuh pada perundang-undangan yang telah ditetapkan.

Nah, memang benar apa kata dosen saya itu ( hehe… banggaa…), dan memang tidak mudah mengupayakan hal seperti itu. Butuh niat bersama dan keseriusan kita, termasuk pemerintah dan pengusaha untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas sehingga tidak hanya kalimat harapan yang semu saja tanpa ada tindakan nyata. Alangkah baiknya kita mulai dari hal yang paling sederhana saja meski itu hanya membuang sampah pada tempatnya, tetapi toh dari tindakan itulah timbul rasa kepedulian terhadap lingkungan. Dengan mengajak teman, saudara, kelompok Anda, guru sekolah, dan orang-orang yang Anda kenal untuk lebih peduli terhadap lingkungan, maka kita – paling tidak untuk masa mendatang – akan merasakan manfaatnya. Apakah pembaca sekalian sudah menerapkan pola hidup semacam itu yang membuktikan diri untuk peduli terhadap lingkungan ?, Semoga.

Permasalahan-permasalahan lingkungan yang timbul sebagai imbas dari pemanfaatan SDA yang kurang bijaksana membuat masyarkat dunia – atau mungkin lingkungan sekitar Anda – gerah, hal mendorong munculnya gerakan-gerakan independen dengan mengusung tema “kelestarian bumi” – sejauh yang saya ketahui – yang bertujuan melestarikan dan melindungi Sumber Daya Alam.

Ironi Negeri Sendiri

Saudara-saudara sekalian. Apakah saudara pernah mengalami kejadian antrian bensin yang meng-ular?..Saya sendiri sering mengalaminya, dan sepertinya ini menimbulkan dampak terbukanya pekerjaan sambilan baru yaitu terpampangnya kalimat semacam ini dipinggiran jalan : “Disini Jual Bensin Eceran”. Tentu saja hal ini merupakan keuntungan bagi mereka yang berminat.

Kejadian “Antrian Bensin” tersebut hanyalah satu contoh yang benar-benar terjadi. Benar-benar suatu ironi yang sangat mendalam bagi kita, bangsa indonesia. Bagaimana tidak, negara kaya raya yang gemah ripah loh jinawi ini bisa mengalami krisis sumber energi. Belum lagi jika kita melihat peristiwa pemadaman bergilir yang marak terjadi di beberapa kota, meskipun pihak PLN telah berupaya mengurangi kasus-kasus semacam itu.

Kemudian timbul pertanyaan, lantas kemanakah sumber energi yang digali sedemikian besar itu ?.

Berdasarkan penuturan dari salah satu anggota Dewan Energi Nasional, Rinady Dalimi, di Jakarta, mengatakan bahwa saat ini sebagian besar sumber enegi yang ada justru dikirim ke luar negri.’’Sebanyak dua pertiga produksi batu bara dan setengah produksi gas alam Indonesia masih diekspor.

Dari pernyataan di atas pembaca dapat menginterpretasikan menurut pendapat pembaca sendiri. Saya sendiri mengandai-andai apabila sebagian besar energi itu dipakai untuk kebutuhan dalam negeri, termasuk juga industri, maka bukan tidak mungkin Indonesia dapat meningkatkan jumlah produksi atau lebih jauh lagi menjadi negara yang disegani oleh dunia. Lebih-lebih jika sumber daya manusia kita mampu untuk mengolahnya sendiri. Semoga

Catatan:

pada saat penulisan artikel di atas, ada beberapa ide yang disumbangkan oleh adik saya, meski dia tidak tahu kalau artikel ini hendak saya terbitkan di dunia maya. Btw thank you for my little sister.

Referensi :

  • Apabila pembaca hendak mengetahui seputar gerakan-gerakan yang bertujuan untuk melestarikan bumi atau semacamnya, silahkan buka www.greenpeace.or.id .
  • Media Massa “KOMPAS” jum’at, 14 Januari 2011.

Share : Inspirasi Al Gore Atasi Perubahan Iklim

m

Sungguh menjadi pengalaman luar biasa bisa mengikuti Business for Environment (B4E) Forest Dialogue, di Hotel Shangrila, Jakarta, Minggu (09/01). Pengalaman tersebut saya terima setelah menjadi salah satu pemenang kompetisi karya tulis tentang aksi penyelamatan hutan.

Luar biasanya karena gala dinner dan dialog tersebut menghadirkan Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat dan peraih Nobel Perdamaian 2007, Al Gore sebagai pembicara utama. Saya bersama Mbak Julia Ahadiah dan Mas Septi Suwandia beruntung mendapatkan tiket B4E Forest Dialogue dan bisa bisa melihat langsung Al Gore memberikan pidato eksklusifnya.

Awalnya saya hanya iseng mengirimkan tulisan Selamatkan Hutan Kita, dalam kompetisi menulis yang digelar WWF . Dan ini menjadi kesempatan berharga bagi saya untuk mendapatkan inspirasi dari Al Gore, mantan pendamping Presiden Bill Clinton tersebut.

Saatnya kita harus bersatu untuk menyelamatkan bumi dari ancaman perubahan iklim dan global warming. Karena memang kitalah yang menyebabkan semua ini terjadi. Perubahan iklim global akan menjadi malapetaka yang akan datang!. Kita telah tahu, manusia terus menerus menggunakan bahan bakar dari minyak fosil seperti minyak bumi, batubara, dan gas.

Selain itu, para manusia juga yang sudah menggunduli hutan, dan membuat Daerah Aliran Sungai kini semakin tidak bisa menahan air tanah, dan hasilnya berujung dengan krisis air tanah. Belum lagi ancaman global warming yang terus mengintai akibat dari pencemaran yang dilakukan juga oleh ulah manusia. Es di kutub sedikit demi sedikit telah mencair, dan akhirnya menaikkan muka air laut, dan bersiaplah akan semakin banyak pulau tenggelam dan hilang.

Sebagai contoh adalah perubahan iklim telah terjadi, saat ini kita menerima curahan hujan yang banyak karena pengaruh dari El Nino. Setelah menerima kucuran hujan yang banyak, kita akan segera menghadapi ancaman musim kering atau kemarau dari pengaruh La Nina.

Lihat saja banjir yang terjadi di Australia adalah salah satu peringatan dan bukti yang tak terbantahkan jika alam sudah semakin MARAH dengan manusia. Masih harus menunggu berapa lama lagi, dan berapa banyak contoh lagi untuk membuat kita SADAR dengan segala perbuatan kita yang telah membuat bumi yang tua ini semakin sekarat.

Al Gore adalah salah satu yang bisa memberikan inspirasi tentang upaya penyelamatan bumi. Buku Al Gore bertajuk Our Choice: A Plan to Solve the Climate Crisis yang terbit tahun lalu, bisa menjadi bahan bacaan dan acuan kita bagaimana kita menyelamatkan bumi.

Menurut Al Gore “Kita dapat mengatasi krisis iklim, memang upaya itu tidak mudah. ” Tetapi, kalau kita memilih untuk mengatasinya, saya tidak ragu sedikit pun bahwa kita mampu dan akan berhasil mengatasinya.”

Al Gore, dalam bukunya Our Choice, memang menjelaskan bahwa salah satu modal yang belum ada untuk mengatasi masalah iklim adalah kehendak kolektif. Dia mengutip peribahasa Afrika, “Kalau mau pergi dengan cepat, pergilah sendiri. Kalau mau pergi jauh, pergilah bersama.”

Note : Foto-foto diambil dari WWF


ikutan share untuk meng inspirasi semua warga agar memperhatikan menjaga lingkungannya dari kejahatan PERUSAK LINGKUNGAN. mari kita bersama MEMELIHARA lingkungan kita ini.

Powered by Blogger